JAKARTATERKINI.ID - Produksi kerupuk emping di Kabupaten Lebak, Banten, mengalami penurunan drastis dalam tiga pekan terakhir akibat kelangkaan buah melinjo di tingkat petani.
"Eros (55), seorang pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kerupuk emping melinjo di Warunggunung, Kabupaten Lebak, mengungkapkan bahwa produksi kerupuk emping turun menjadi 10 kilogram per hari dari sebelumnya 100 kilogram," ungkapnya pada Kamis.
Baca juga : PLN IP Tingkatkan Energi Hijau Lewat Pemanfaatan Biomassa di PLTU Jeranjang
Produksi sebanyak 10 kilogram tersebut hanya bisa dilakukan karena mereka masih memiliki stok buah melinjo dari panen petani tahun sebelumnya yang cukup untuk tiga pekan ke depan. Namun, dengan kelangkaan melinjo saat ini, para pelaku UMKM merasa kesulitan.
Para petani di daerah tersebut biasanya menjadi pemasok buah melinjo untuk produksi kerupuk emping. Namun, saat ini belum musim panen, dan kemungkinan baru akan tiba sekitar April hingga Agustus 2024.
Eros mengkhawatirkan bahwa kelangkaan buah melinjo akan berdampak pada berhentinya produksi kerupuk emping. Permintaan kerupuk emping meningkat menjelang Ramadhan, bahkan beberapa pedagang oleh-oleh di Rangkasbitung telah memesan beberapa ton.
Baca juga : Wamen BUMN: Waskita Tak Lagi Terlibat dalam Proyek Tol
Harga kerupuk emping naik menjadi Rp90 ribu/kilogram dari sebelumnya Rp80 ribu/kilogram, sedangkan harga melinjo mencapai Rp27 ribu/kilogram karena kelangkaan.
Awa (50), seorang pemilik pedagang oleh-oleh di Rangkasbitung, mengaku kesulitan memenuhi permintaan pasar karena produksi kerupuk emping di sentra tersebut menipis.