JT - Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi) menekankan perlunya percepatan dalam penyidikan kasus pembunuhan Vina dan Eki oleh Polda Jawa Barat, yang melibatkan tersangka Pegi Setiawan, untuk dapat segera bergulir ke proses pengadilan. Direktur Eksekutif Lemkapi, Edi Hasibuan, mengungkapkan kekhawatiran bahwa kasus ini akan terus menjadi perhatian dan "bola panas" dalam ranah hukum jika penyidikan tidak segera diselesaikan.

Edi menjelaskan bahwa selesainya penyidikan akan memungkinkan berkas kasus diserahkan ke kejaksaan, memungkinkan Jaksa Penuntut Umum (JPU) untuk membawa tersangka ke hadapan majelis hakim pengadilan. Hal ini juga sesuai dengan prinsip peradilan yang menekankan kecepatan dan efisiensi, serta biaya yang lebih ringan.

"Lemkapi memberikan apresiasi terhadap keseriusan Polda Jabar yang telah menggunakan alat pendeteksi kebohongan (lie detector) dalam pemeriksaan tersangka Pegi," ujarnya.

Menurut Edi, alat ini dapat memberikan petunjuk yang kuat apakah tersangka terlibat atau tidak dalam kasus tersebut.

Edi juga menyebut bahwa uji poligraf telah menjadi bagian dari pendekatan investigasi ilmiah dalam penyidikan kejahatan di banyak negara. Dia berharap hasil analisis uji poligraf dapat memberikan jawaban yang memuaskan dan menghilangkan keraguan masyarakat terhadap kasus ini.

Terlepas dari itu, Edi mengingatkan bahwa setiap narapidana memiliki hak untuk mengajukan peninjauan kembali (PK), asalkan mereka memiliki bukti baru yang relevan. Dia juga mengajak masyarakat agar tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak didukung oleh bukti kuat, terutama yang berkaitan dengan isu-isu politis.

Pembunuhan yang menimpa Vina Dewi Arsita (Vina) dan Muhammad Rizky Rudiana (Eki) pada tahun 2016 di Cirebon, Jawa Barat, telah menjadi sorotan publik. Meskipun delapan pelaku telah dihukum, munculnya tersangka baru, Pegi Setiawan, dan perbedaan wajahnya antara sekarang dan saat kejadian, menimbulkan keraguan di kalangan masyarakat.